Another Story in Halloween Night
Malam 31 Oktober. Langit berwarna
kelabu, halaman-halaman rumah diterangi cahaya redup berwarna jingga oranye.
Cahaya tersebut berasal dari sebuah labu yang telah di ukir. Jack O Lantern.
Berada di depan halaman setiap rumah, seperti penjaga yang mengawasi
gerak-gerik siapapun yang melewatinya dengan seringainya yang meyeramkan.
Terkadang ia bergantung di dahan pohon. Sesekali bergoyang kedepan ke belakang,
tetapi terkadang terdiam kaku. Namun, seringainya tetap jelas terlihat.
.....
Anna mematut-matut bayangannya di
depan cermin, dia merasa takut sendiri dengan bayangannya. Dia memakai kostum
penyihir untuk halloween tahun ini. Wajahnya di cat hijau. “Wah, kamu memakai
kostum penyihir untuk tahun ini ya, sayang?” Mama masuk kamar Anna, “Iya, ma.
Aku kelihatan seram banget ya ma? Sampai-sampai aku takut lihat bayanganku
sendiri.” Anna bertanya kepada mamanya. “Hahaha... “ Mama tertawa, “Kamu
kelihatan serammm banget, tadi aja mama hampir kaget saat masuk kamarmu. Mama
kira itu penyihir beneran.” Jawab mama menggoda Anna. “Aaaaaa...!!” Ra
berteriak di depan pintu kamar Anna. Wajahnya terlihat kaget. “Oi, kenapa kamu
teriak-teriak? Berisik tau !!” Anna berkata kesal. “Lho, kak Anna to? Kirain
penyihir beneran. Soalnya mirip banget kayak penyihir, mukanya juga. Haha... “
Ra mengejek Anna. “Mukaku kayak penyihir? Enak aja, muka cantik kayak Katy Pery
gini masa disamain sama penyihir. Ih, enggak banget.” Anna berkata narsis
sambil menyibak rambutnya. “Kamu tuh yang udah kayak zombie beneran. Dari ujung
rambut sampe ujung kaki mirip zombie banget. Ketularan virus zombie dari mana
tuh?” Anna balas mengejek. Sebelum pertengakaran kedua kakak beradik ini
berlanjut lebih heboh, mama melerai mereka berdua. “Ehhh, sudah-sudah jangan
bertengakar terus. Kostum kalian berdua bagus kok. Ayo cepat kita keluar, nanti
peremen-permennya habis keduluan teman-temanmu.” Mama mengajak mereka keluar.
Di luar, suasana terasa
menyenangkan karena banyak anak-anak memakai kostum aneh dan lucu meneriakkan
“Trick or treat” di setiap rumah, hiasan halloween yang lucu-lucu dan tentu
saja ada banyak permen dan coklat. Tetapi suasana juga menyeramkan karena
labu-labu Jack O Lantern membuat bayangan menyeringai mengerikan. Ditambah lagi
langit malam yang hitam kelabu dan hembusan angin malam yang dingin, menambah
suasana menyeramkan malam halloween kali ini. Anna dan Ra bergabung bersama
teman-temannya untuk mengunjungi rumah-rumah tetangga. Mereka meneriakkan “Trick
or treat” di setiap rumah dan mendapatkan banyak permen dan coklat. Ra pulang
lebih dulu karena dia telah mengantuk dan jam telah menunjukkan jam 9 malam
“Kak, aku pulang dulu ya, aku udah ngantuk.” Kata Ra sambil menguap. “Iya
enggak papa kok. Hati-hati ya kalau pulang.” Jawab Anna. “Iya, kak”. Anna dan
teman-temannya yang lain masih mengunjungi rumah-rumah tetangga. Setelah mereka
puas dan keranjang mereka penuh berisi permen dan coklat, akhirnya mereka
pulang ke rumah masing-masing.
.....
Saat mereka pulang, jam telah
menunjukkan pukul 11 malam. Karena rumah Anna yang paling jauh, Anna berjalan
sendirian ke rumahnya. Saat Anna berjalan pulang. Anna mendengar lolongan
anjing berkali-kali. Langit malam tampak hitam kelabu. Suasana sepi karena
hampir tengah malam. Angin malam berhembus pelan membuat bulu kuduk berdiri.
Dan labu-labu Jack O Lantern menyeringai mengerikan ke arah Anna. Membuat Anna
ketakutan. Anna melihat percikan kilat di langit malam. Sepertinya akan turun
hujan. Anna mempercepat langkahnya, agar tidak kehujanan dan karena dia merasa
takut. Anna merasa ada yang mengikutinya dari belakang. Anna menengok ke
belakang. Tidak ada siapapun di sana. Sepi. Rumah-rumah tampak kosong dari
luar. Seperti tidak berpenghuni. Anna pun melanjutkan berjalan. Perasaan Anna
tetap tidak enak, dia tetap merasa ada yang mengikutinya.
Dia menoleh ke belakang sekali
lagi. Dan Anna melihatnya. Seorang pria berjalan mendekati Anna. Wajahnya sama
sekali tidak terlihat. Dia membawa sebuah lentera di tangan kanannya. Lentera
yang terbuat dari labu, cekung, dengan lilin di dalamnya. Perlahan-lahan sinar
purnama menerangi wajahnya. Wajahnya putih. Pucat lebih tepatnya. Seperti mayat
hidup. Jalannya terseok-seok. Seperti zombie. Matanya merah menyala. Tatapannya
menakutkan. Dan wajahnya sangat menyeramkan. Anna membalikkan badan dan berlari
secepat mungkin. Pria tersebut mengejar Anna. Dia mengacung-acungkan sebuah
parang di tangan kirinya.
Rumah Anna masih jauh jaraknya.
Sekarang sudah mulai gerimis. Anna butuh tempat untuk berteduh. Anna melihat
ada sebuah rumah yang pintunya terbuka. Anna masuk ke dalam rumah tersebut.
Masih ada sisa-sisa makan malam di meja makan. Saat Anna melihat ke halaman
belakang rumah tersebut, ada mayat satu keluarga bergeletakan dengan sekujur
tubuh dipenuhi darah dan sayatan-sayatan. Darah menggenang di sekitar tubuh
mayat-mayat itu. Bau amis darah menguar dari halaman belakang tersebut.
Pemandangan yang sangat mengejutkan dan mengerikan. “Aaaaaa...!!” Anna
berteriak kencang sekali. Dia berlari keluar dari rumah itu. Di jalan tidak
jauh dari rumah itu ada pria itu yang terus mengikuti Anna. Dia menyeringai
lebar mengerikan. Anna berlari lagi, tidak peduli dengan hujan yang membasahi
kostumnya. Berlari terus dan terus. Tetapi secepat apa dia berlari pria itu
tetap berada di belakanganya. Anna merasah sangat capek, nafasnya mulai tidak
teratur. Dia melihat sebuah rumah lagi. Dari dalam cahayanya terang. “Mungkin
ada orang di dalam rumah itu. Aku bisa berteduh, meminta pertolongan dan
sedikit air minum.” Batin Anna. Dia mengetuk pintu rumah itu, “tok tok tok”.
Dari dalam terlihat bayangan perempuan berjalan hendak membukakan pintu. Saat
pintu tersebut terbuka, terlihat sosok perempuan tinggi bergaun putih panjang
yang lusuh. Perempuan itu membawa sesuatu di tangan kanannya. Dan saat Anna
melihat kepalanya, Anna terkejut. Perempuan itu tidak memiliki kepala. Dan
ternyata sesuatu di tangannya itu adalah kepalanya. Kepala perempuan tersebut
berputar menghadap Anna dan menyunggingkan sebuah senyum yang mengerikan. Anna
sangat kaget melihatnya. Suaranya tercekat tak bisa berteriak. Anna langsung
pingsan di depan rumah tersebut.
.....
Cahaya redup lampu bohlam 5 watt
di atas kepala Anna menyilaukan matanya. Anna terbaring di atas dipan keras.
Badannya terasa sakit semua. Hujan di luar deras dan sesekali kilat menyambar.
Dia melihat sekelilingnya. Suasana dalam ruangan ini temaram dan berbau apak.
Seperti rumah yang telah lama tidak dihuni. “Haloo, ada orang disini?” Anna memanggil.
Anna menunggu, tidak ada jawaban. Anna memanggil lagi, kali ini lebih keras “Halooo,
ada orang disini?” tetap tidak ada jawaban. Lalu Anna melihat sekeliling. Anna
baru menyadari kalau di ruangan itu banyak dipan. Di atasnya ada orang-orang
yang ditutupi kain putih. “Mungkinkah itu semua mayat orang-orang yang dibunuh
pria itu?” batin Anna. Brakk... sreettt... terdengar suara pintu dibanting
terbuka dan sesuatu yang diseret. Ada seorang pria masuk dengan menyeret
parangnya yang panjang. Itu dia, pria yang mengikuti Anna dari tadi. Anna
mencoba memberanikan diri membentak pria itu “Heh, siapa kamu, kenapa kamu
ngikutin aku?!”. Bodo amat bentak-bentak ke orang tua. Lagian orang tua apa
bukan kan aku enggak tahu, pikir Anna. Pria itu mendekat ke Anna dengan
menyeret parangnya. Anna berlari mengitari ruangan, menjauh dari pria tersebut.
“Waaaaa... Pergi kamu!! Sana sana sana, hus hus!!” Anna berteriak histeris dan
menggulingkan dipan di depannya. “Waaaa... tolonggggg, ada orang gak sih? Tolonggg!!”
Anna berteriak minta tolong.
Anna tidak bisa berlari lagi, dia
berada di pojok ruangan. Pria itu terus mendekat dan mendekat. Anna ketakutan
setengah mati. Tubuhnya tidak bisa digerakkan, kaku dan suaranya tercekat. Pria
itu semakin dekat dan dekat. Dan saat pria itu berada tepat di depan Anna, pria
itu tanpa ragu-ragu mengayunkan parangnya tepat ke laher Anna. Crattt, darah
terciprat ke dinding ruangan itu. Bau anyir darah menguar. Tubuh Anna jatuh
tergeletak di lantai. Dengan kepalanya di sampingnya. Wajah di kepala Anna
menyiratkan ketakutan yang sangat amat. “Huahahahaha.....” Terdengar suara tawa
mengerikan membahana ke seluruh ruangan.
.....
Malam Halloween tahun ini, pria
tersebut datang lagi mencari teman untuk menemaninya di muka bumi ini. Dia
tidak bisa masuk surga karena banyak melakukan dosa. Dan di neraka juga tidak
diterima karena telah mengelabuhi setan. Dia tidak
bisa pergi kemana-mana. Dia akhirnya meminta sedikit bara api kepada setan lalu
memahat sebuah labu dan memasukkan bara api itu kedalamnya. Sejak saat itu, Jack
selalu bergentayangan setiap malam dengan lentera labunya. Mengetuk setiap
pintu rumah dan mengikuti orang yang sedang berjalan sendirian di malam 31
Oktober untuk dijadikan temannya.